Minggu, 15 Agustus 2010

Demokrasi Indonesia

Demokrasi adalah keinginan rakyat. Bahkan ada yang bilang lebih dari itu, yaitu "Vox Populi Vox Dei" atau"kehendak rakyat adalah kehendak Tuhan".

Bahwa kita masih bingung karena rakyatnya sendiri bingung dan elitnya menjadi bingung, karena kita semua harus ikut pikiran rakyat, tidak peduli rakyat sedang bingung atau tidak. Elite hanya membuat kompilasi dan mensistematisasi apa yang dikehendaki oleh rakyat, yang keinginannya disamakan dengan keinginan Tuhan. Jadi mungkin rakyat Indonesia ditakdirkan untuk bingung dalam zaman reformasi ini, yang oleh banyak orangdisebut zaman edan. Mungkin juga rakyat Indonesia yang sedang edan. (Kwik KianGie dalam Kebijakan Ekonomi Politik dan Hilangnya Nalar, 2006).

Gambaran wajah pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pasca runtuhnya orde baru beralih pada orde reformasi menjadi euforia yang tidak terkendali dalam sebuah bingkai yang mengatasnamakan untuk kepentingan masyarakat atau kesejahteraan masyarakat. Mungkin pada hakikatnya cita-cita awal sangat luhur dan sempurna untuk diwujudkan, namun terkikis oleh carut marut keadaan yang mungkin memang sudah kacau.

Sering kita membaca atau mungkin berada langsung di tengah-tengah keadaan yang terkadang membuat kita bingung dan bertanya, apa yang sebenarnya masyarakat mau? Bukan apa yang sebenarnya masyarakat butuhkan?

Kedua pertanyaan tadi menjadi hal yang sering di perdebatkan dalam keadaan sadar maupun tidak sadar oleh para elit politik maupun masyarakat itu sendiri.

Disadari atau tidak pelaksanaan demokrasi di Indonesia mungkin memang yang paling demokratis melebihi negara pengagasnya itu sendiri "Amerika". Bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa demokrasi adalah sesuatu yang buruk untuk di praktikkan, akan tetapi harusnya kita dapat melihat bahwa ada celah yang ternganga lebar di depan mata yang harusnya dapat segera ditanggulangi jika tidak ingin negara ini menjadi hancur lebur dan tersesat dalam praktik demokrasi yang tak sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar