Minggu, 15 Agustus 2010

Pertumbuhan Ekonomi Semu

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat dikatakan sebagai pertumbuhan ekonomi semu, yang hanya melihatnya dari indikator ekonomi makro. Seharusnya setiap pertumbuhan ekonomi di sebuah negara harus dapat berimplikasi positif terhadap berkurangnya jumlah pengangguran dan angka kemiskinan.

Lain halnya di Indonesia, perdebatan di tingkat elit hanya berkisar pada berapa persen pergerakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sangat naif jika kita melihat kondisi faktual yang terjadi bahwa berapapun peningkatan persentase pertumbuhan ekonomi tidak berdampak positif langsung terhadap masyarakat atau dalam bahasa wajarnya "omong kosong!".

Pemahaman berfikir ini dibarengi oleh pemikiran ilmiah oleh John Perkins dalam The Confessions of an Economic Hitman yang mengatakan "Faktor yang paling menentukan adalah pendapatan domestik bruto (PDB). Proyek yang memberi kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan PDB harus dimenangkan, saya harus menunjukkan bahwa membangun proyek yang bersangkutan akan membawa manfaat yang unggul pada pertumbuhan PDB. Pertumbuhan PDB bisa terjadi walaupun hanya menguntungkan satu orang saja yaitu yang memiliki perusahaan jasa publik, dengan membebani utang yang sangat berat buat rakyaknya. Yang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin menjadi semakin miskin. Statistik akan mencatatnya sebagai kemajuan ekonomi".

Rasanya sudah bukan menjadi sesuatu yang mengejutkan untuk diketahui, hanya saja pemahaman akan keadaan ekonomi bangsa harus dapat dimengerti oleh segenap masyarakat, bahwa ada yang salah dari arah kebijakan investasi pemerintah yang terlalu menganak emaskan perusahaan-perusahaan besar daripada usaha kecil dan menengah (UKM) yang notabene selama 32 tahun telah menyerap 99,44% angkatan kerja (sumber data: Kwik Kian Gie, Kebijakan Ekonomi Politik dan Hilangnya Nalar).

Menjadi sesuatu yang tidak mengesankan lagi saat pemerintah mengumumkan peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap tahunnya, karena yang meningkat tidak secara riil mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia itu sendiri, namun hanya segelintir kelompok yang mengeruk keuntungan dari kegersangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar